KATA
PENGANTAR
Rasa
syukur saya panjatkan pada Allah SWT, atas perkenan-Nya juga makalah tentang
pendidikan seumur hidup ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Walaupun
masih banyak kekurangannya.
Makalah
ini saya tulis untuk mencari tau makna sesungguhnya pendidikan seumur hidup dan
juga apa arti dari pendidikan itu sendiri. Mungkin masih banyak yang belum saya
jelaskan, namun saya berusaha untuk lebih bagus lagi.
Saya
sebagai penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak cecep yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk membuat makalah tentang pendidikan seumur hidup,
sehingga dengan pengetahuan yang telah di sampaikan bapak, saya dapat menyusun
sebuah makalah tentang pendidikan seumur hidup ini, semoga makalah ini bisa membuat
saya lebih memahami lagi tentang ilmu pendidikan dan juga para pembaca pada
umumnya, amin.
BAB 1
PENDAHULUAN
Pengertian pendidikan secara umum pada
hakekatnya berlangsung ditengah masyarakat secara luas.
Pendidikan
adalah produk dari suatu sistem sosial masyarakat yang menjadi unsur
kebudayaan.pendidikan itu dibagi dalam bermacam - macam, menurut
prof.r.wroczynsky ada 3 macam pendidikan yaitu :
1.
pendidikan formal yang meliputi berbagai jenis sekolah dari tingkat
rendah,menengah dan tinggi
2.
pendidikan ekstra kurikuler, yang berjalan sejajar dengan pendidikan formal.
3.
pendidikan seumur hidup, yang merupakan lanjutan dari pendidikan formal dan
ditujukan bagi orang dewasa.
Menurut
stephens,pokok pendidikan seumur hidup adalah seluruh individu harus memiliki
kesempatan yang sistematik, terorgonisir untuk instruction, studi dan learning
di setiap kesempatan sepanjang hidup mereka.
Pakar
pendidikan yang juga mantan Menteri pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Fuad
Hassan berpendapat, pendidikan dalam arti luas merupakan ikhtiar yang ditempuh
melalui tiga pendekatan, yaitu pembiasaan, pembelajaran, dan peneladanan.
Ketiga aspek itu berlangsung sepanjang hidup manusia.
Demikian
Fuad Hassan saat menjadi pembicara kunci pada seminar nasional
"Rekonstruksi dan Revitalisasi pendidikan Indonesia Menuju Masyarakat
Madani", di Widya Graha Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jln.
Gatot Subroto Jakarta, Kamis (2/9).
Hadir
dalam cara itu, pengamat pendidikan Arief Rachman dan Deputi Bidang Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan LIPI, Dewi Fortuna Anwar.
Menurut
Fuad, anggapan bahwa pembiasaan hanya efektif pada masa kanak-kanak jelas
keliru karena pada usia dewasa dan lanjut usia pun pembiasaan masih terjadi.
Misalnya, melalui kegiatan hobi dalam masa pensiun, kebiasaan makan yang
berkenaan dengan pemeliharaan kesehatan, kebiasaan olah raga, dan lainnya yang
dibentuk pada masa tua.
Halnya
mengenai pembelajaran yang juga meliputi pelatihan, dikatakan Fuad, itu
merupakan pendekatan yang terutama mengemuka melalui jalur pendidikan formal.
"Melalui jalur ini, sesuatu program pembelajaran jelas cakupannya dari
awal hingga akhir. Pendekatan ini lazim dilaksanakan melalui pendekatan
klasikal dan kurikuler dalamsistempersekolahan," jelasnya.
Adapun
tujuan dari pendidikan seumur hidup adalah menyembuhkan kemunduran akan
pendidikan sebelumnya memperoleh keterampilan baru, meningkatkan keahlian,
mengembangkan kepribadian dan sebagainya.
Menurut
silva “ pendidikan seumur hidup berkenaan dengan prinsip pengorganisasian yang
akhirnya memungkinkan pendidikan untuk melakukan fungsinya yaitu: proses
perubahan yang menuntut perkembangan individu”.
Proses
pendidikan seumur hidup akan selalu dialami oleh semua orang baik dihubungkan
dengan proses belajarnya. Proses belajar yang dimaksud adalah belajar dalam
rangka pendidikan formal disekolah dari sekolah yang terendah sampai sekolah
yang lebih tinggi. Jadi sekolah merupakan tumpuan hidup seseorang, sehingga
dengan langkah yang dilakukan dengan belajar akan menghasilkan pendidikan
seumur hidup yang dapat kita proleh dari yang tidak tau menjadi tau. Sehingga
pendidikan yang telah kita proleh tidak akan hilang ditelan bumi selama manusia
masih bisa bernapas, bergerak, berpikir dan brtindak, pendidikan tidak akan
hilang dari kehidupannya dan akan di bawa sampai mati.
Proses
pendidikan yang dijalankan pada hakikatnya adalah proses membina
pribadi-pribadi yang berwatak atas dasar nilai-nilai filsafat pancasila. Bagi
pendidikan di indonesia, pancasila merupakan dasar sekaligus tujuan. Hal ini
berarti antara das sein ( apa yang menjadi kenyataan ) dan sollen ( apa yang
diharapkan ) telah menyatu.
Dewasa
ini pendidikan sedang berada dalam tataran millenium ketiga. Fenomena millenium
ketiga menggambarkan era globalisasi yang telah membawa berbagai perubahan
dalam semua aspek kehidupan. Perubahan tersebut terjadi dalam bidang politik,
ekonomi, sosial,budaya,ilmu pengetahuan dan teknologi. Tak terkecuali justru
dunia pendidikan juga mendapat pengaruh dari perubahan masyarakat dan budaya
dalam masyarakat era informasi. sehingga Pendidikan itu sangat di perlukan
sampai akhir hayat. Dan kita harus mengerti apa sebenarnya pendidikan seumur
hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PENDIDIKAN
·
Menurut
Dr.M.J.langevild, pendidikan yaitu pemberian bimbingan bantuan rohani bagi yang
masih memerlukan.
·
Menurut
Prof,Dr.john dewey, pendidikan adalah suatu pengalaman.
·
Menurut
John park. Pendidikan adalah seni atau proses dlam menyalurkan atau menerima pengetahuan
dan kebiasaan-kebiasaan melalui pengajaran dan study.
·
Menurut
Prof.Herman H.horn. pendidikan adalah proses abadi dari penyesuaian lebih
tinggi bagi makhluk yang telah berkembang secara fisik dan mental yang bebas,
dan sadar kepada Tuhan seperti termanifestasikan dalam alam sekitar,
intelektual, emosional dan kemauan bagi manusia.
·
Menurut
Drijarkara, pendidikan secara prinsip adalah berlangsung dalam lingkungan
keluarga. pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan
kesejahtraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat.
·
Didalam
Tap MPR NO. IV/MPR/1973 disebutkan : “ pendidikan pada hakikatnya adalah usaha
sadar untuk mengembangakan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah
dan berlangsung seumur hidup.
Tujuan
pendidikan suatu masyarakat atau bangsa, selaras dengan pandangan hidup dan
cita-cita masyarakatnya. Cita pendidikan yang positif mendorong anak didik
untuk memperuleh pengalaman dan potensi eksotif, objektif dan bertangung jawab.
Dengan demikian menjadi terwujudlah cita-cita demokrasi yang menjadi filsafat
dan tujuan dalam pendidikan.
Tujuan
umum pendidikan adalah mewujudkan, melaksanakan dan memelihara perkembangan
cita-cita kehidupan masyarakat bangsa serta mengarahkan pengalaman belajar
mereka kepada filsafat atau cita-cita yang mereka inginkan.
Dalam
prakteknya ada hubungan yang saling mempengaruhi dan fungsional antara proses
atau kegiatan pendidikan di rumah tangga, pendidikan di sekolah dan di
masyarakat. Berarti proses pendidikan berlangsung terus-menerus atau selama
hidup yang dimanifestasikan dalam konsep pendidikan seumur hidup. Sebab pada
hakikatnya baik di rumah tangga, sekolah maupun masyarakat proses pembinaan,
bimbingan, pengawasan dan pembentukan anak berlangsung secara berkesinambungan.
Dalam
memahami pendidikan, paling tidak ada dua sudut pandang untuk melihat hakikat
pendidikan, yaitu :
1.
pendidikan dari sudut pandag individu beranggapan bahwa manusia di atas dunia
ini mempunyai sejumlah kemampuan bawaan yang sifatnya umum pada setiap manusia,
sama umumnya dengan kemampuan melihat dan mendengar tetapi berada dalam derajat
menurut masing-masing orang seper halnya dengan panca indera juga.
2.
dari segi pandang masyarakat, diakui bahwa manusia memiliki kemampuan asal dan
bahwa anak-anak itu mempunyai benih-benih bagi segala yang telah dicapai dan
dapat di capai oleh manusia.
B.
FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN
Pendidikan
adalah suatu gajala universal dalam kehidupan manusia. Sejak dari awal
kehidupan, dimana saja dan kapan saja pendidikan telah berlangsung sesuai
keadaan masyarakat dan bangsa. Dari zaman ke zaman barikutnya, pendidikan
berfungsi dalam mempertahankan eksistensi dan mengembangkan kebudayaan suatu
masyarakat.
Menurut
Lnggulung ( 1985:92) ada tiga pokok fungsi pendidikan dalam kehidupan
masyarakat, yaitu:
1.
menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam
masyarakat pada masa yang akan datang. Sebab berbagai peranan di masyarakat
harus di isi oleh sumber daya manusia yang sesuai dengan kemajuan dalam rang
kelanjutan hidup masyarakat.
2.
memindahkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan peranan-peranan tersebut
dari generasi tua ke generasi muda.
3.
memindahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara keutuhan dan kesatuan
masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup ( survival ) suatu
masyarakat dan peradaban.
John
dewey berpendapat bahwa : tujuan umum pendidikan dalam kenyataannya tidak ada.
Hidup itu suatu proses yang selalu berubah, dan tidak ada sesuatu yang tetap
dan abadi, adapun pendidikan adalah suatu usaha manusia di dalam membantu
proses hidup yang dihadapi. Tiap-tiap tujuan adalah usaha atau alat untuk
mencapai tujuan lain yang lebih tinggi.
Tujuan
pendidikan atau tujuan pendidikan nasional didasarkan atas falsafah negara atau
way of life-nya bangsa indonesia yaitu pancasila. Tujuan pendidikan nasional
adalah tujuan umum sistem pendidikan nasional. Tujuan ini memang sangat umum
dan merupakan tujuan jangka panjang yang menjadi dasar segala tujuan pendidikan
di indonesia. Baik yang bersifat formal maupun nonformal.
Pendidikan
nasional berdasarkan pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap
tuhan yang maha esa, kecesdasa dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cita tanah air,
agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membantu dirinya
sendiri serta secara bersama-sama bertanggung jawb atas pembangunan bangsa.
C.
PENGERTIAN PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Menurut
stephens,pokok pendidikan seumur hidup adalah seluruh individu harus memiliki
kesempatan yang sistematik, terorgonisir untuk instruction, studi dan learning
di setiap kesempatan sepanjang hidup mereka. Adapun tujuannya adalah
menyembuhkan kemunduran akan pendidikan sebelumnya memproleh keterampilan baru,
meningkatkatkan keahlian, mengembangkan kepribadian dan sebagainya.
Menurut
silva “ pendidikan seumur hidup berkenaan dengan prinsip pengorganisasian yang
akhirnya memungkinkan pendidikan untuk melakukan fungsinya yaitu: proses
perubahan yang menuntut perkembangan individu”.
Dari
kedua pengertian tersebut di atas maka pendidikan seumur hidup sebagai asas
pendidikan mempunyai aspek-aspek :
a.
pendidikan seumur hidup merupakan prinsip pengorganisasian kesempatan. Prinsip
ini memungkinkan bahwa setiap kesempatan dalam kehidupan manusia dapat
digunakan untuk berlangsungnya proses pendidikan, seperti pendidikan informal,
pendidikan formal dan pendidikan non formal.
b.
Proses pendidikan yang dilangsungkan berguna untuk meningkatkan pendidikan
sebelumnya, memproleh keterampilan, mengembangkan kepribadian atau tujuan lain
yang lebih khusus.
c.
Pengorganisasian kesempatan ini memungkinkan adanya penyelenggaraan
program-program pendidikan/belajar sendiri seperti : pembuatan buku huruf, latihan
bagi orang-orang dewasa.
Hal
ini yang membedakan pendidikan seumur hidup dengan belajar seumur hidup.
Dave
dalam lifelong education and scool curriculum ( 1973 ) mencoba menggambarkan
kerangka kerja teoritis dan operasional pendidikan seumur hidup dalam empat
tahap yaitu :
1.
deskripsi komponen-komponen hidup
2.
deskripsi aspek-aspek dalam perjalanan sepanjang hidup
3.
deskripsi pendidikan
4.
deskripsi sebuah sistam operasional pendidikan seumur hidup.
Perjalanan
manusia seumur hidup ( lifelong ) mengandung perkembangan dan perubahan yang
mencakup tiga komponen, yaitu :
1.
tahap-tahap perkembangan individu ( masa belita, masa kanak-kanak, masa
sekolah, masa remaja dan masa dewasa )
2.
peranan-peranan sosial yang umum dan yang unik dalam kehidupan, yang
berbeda-beda di setiap lingkungan hidup.
3.
aspek-aspek perkembangan kepribadian ( fisik, mental, sosial dan emosional)
D.
MAKNA DAN URGENSI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Secara
terperinci makna pendidikan seumur hidup adalah sebagai berikut :
1.
Keadilan
Paul
Lengrand berhasil menunjukkan bahwa makna pendidikan seumur hidup adalah
mendorong seluruh masyarakat dan status setiap masyarakat agar memiliki
kesempatan sepenuhnya untuk merealisasikan potensi mereka dan persamaan jalan
untuk memproleh keuntungan sosial, ekonomi dan politik.
Pernyataan
Bowley lebih tegas menyatakan bahwa sekolah melaksanakan reproduksi relasi
sosial produksi dan berbeda dengan pendidikan seumur hidup yang pada prinsipnya
adalah untuk mengeleminasikan peranan sekolah sebagai alat untuk melaksanakan
ketidakadilan.
2.
Pertimbangan ekonomi
Croplay
dan Gross menyebutkan terdapat kebutuhan yang semakin meningkat untuk
memperbesar pelayanan pendidikan, memperluas daya serap sekolah dan lebih
meragukan jenis-jenis pendidikan.
Pendapat
Zhamin Konstanian berpendapat perlunya pembentukan sistem pendidikan yang
berfungsi sebagai basis untuk memproleh keterampilan tipe baru yang secara
ekonomis berharga untuk masyarakat.
3.
Peranan keluarga yang sedang berubah
Dalam
mengatasi keluarga yang sedang berubah pendidikan seumur hidup dapat
memperlengkapi kerangka organisasi yang memungkinkan pendidikan mengambil alih
tugas yang dulunya ditangani oleh keluarga.
4.
Peranan sosial yang sedang berubah
Perkembangan
ilmu dan teknologi di masyarakat yang sedang berkembang di mana berbagai
perubahan tampak pada masyarakat tersebut secara jelas. Keadaan ini menyebabkan
pendidikan, khususnya harus berisi training yang kuat dan memainkan peranan
sosial yang amat beragam untuk memparmudah individu melakukan penyesuaian
terhadap perubahan hubungan antara mereka dengan orang lain.
Faktor-faktor
yang mendorong bagi penyebaran dan pelaksanaan asas pendidikan seumur hidup
tersebut, seperti :
1.
perubahan sosial yang sangat cepat
Dunia
pada akhir dari abad XX telah terjadi perubahan-perubahan besar yang berbeda
dengan masa-masa yang silam. Perubahan ini disebabkan : pengaruh ilmu Negara
barat, munculnya ideologi-ideologi baru, pengaruh faktor demografik, pengaruh
demokrasi dan sebagainya. Pengaruh perubahan dunia tersebut terdapat dunia
pendidikan tampak antara lain :
-
banjirnya anak didik
-
kekurangan sumber secara akut, baik sumber keuangan, materiil maupun insani.
-
Kenaikan kost per anak didik
-
Tidak sesuainya hasil pendidikan dengan kebutuhan masyarakat
-
Inertia dan inefficiency dari sistem administrasi pendidikan.
2.
muncunya negara-negara merdaka baru simultan dengan berkembangnya cita-cita
demokratisasi pendidikan.
3.
besarnya angka drop out khususnya pada tingkat sekolah dasar
4.
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat menuntut kita untuk
terus menerus belajar.
5.
Perubahan teknologi
Peribahan
teknologi ini menyebabkan adanya ketidakpastian keterampilan yang diperlukan,
menurunkan peranan sosial dan berbagai interpersonal dan sebagainya. Di sinilah
betapa besar peranan pendidikan yang diselenggarakan dalam kosepsi yang luas
sehingga setiap manusia dapat menggunakan jasa pendidikan yang ada.
6
Faktor-faktor vokasional
Berbagai
macam keterampilan/kejuruan dibutuhkan oleh orang-orang dewasa sejalan dengan
laju kebutuhan manusia dan kemajuan zaman, yang berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya.
Inilah
sebabnya, maka praktek penyelenggaraan pendidikan hendaknya melengkapi pelajar
dengan keterampilan untuk merealisasikan secara positif terhadap perubahan baik
dari segi meneruskan kemampuan yang secara kejuruan berguna bagi masyarakat
maupun kemampuan untuk mempertahankan identitas dalam menghadapi jenis
pekerjaan yang berbeda.
7.
Kebutuhan-kebutuhan orang dewasa
Sejalan
dengan melajunya jenis pekerjaan dan perkembangan ilmu dan teknologi, orang
dewasa merasakan kekurangan akan keterampilan yang selama ini dimiliki dan
sekaligus perlunya keterampilan-keterampilan baru yang relevan.
Jadi,
disini setiap pendidikan hendaknya diorganisir, untuk membantu belajar masa
dewasa di seluruh tingkatan masyarakat. Inilah perlunya politik pendidikan
seumur hidup.
8.
Kebutuhan anak-anak awal
Masa
kanak-kanak awal merupakan fase perkembangan yang mempunyai karakteristik
tersendiri oleh karena anak-anak telah memiliki kemampuan untuk berpikir dan
mengerti yang menentukan perkembangan anak-anak tersebut selanjutnya.
Dengan
demikian betapa pentingnya pendidikan seumur hidup yang memberi kesempatan
anak-anak usia pra-sekolah menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan
lebih lanjut dapat menuntun anak kearah jenjang kerja sesuai dengan bakat dan
kemampuan dirinya.
Drs
H Fuad Ihsan (1996:44-45) dalam buku Dasar-dasar Kependidikan, menulis beberapa
dasar pemikiran --ditinjau dari beberapa aspek-- tentang urgensi pendidikan
seumur hidup, antara lain: Aspek ideologis, setiap manusia yang dilahirkan ke
dunia ini memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan
pengetahuan dan menambah keterampilannya. pendidikan seumur hidup akan membuka
jalan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi diri sesuai dengan kebutuhan
hidupnya.
Aspek
ekonomis, pendidikan merupakan cara yang paling efektif untuk dapat keluar dari
“Lingkungan Setan Kemelaratan” akibat kebodohan. pendidikan seumur hidup akan
memberi peluang bagi seseorang untuk meningkatkan produktivitas, memelihara dan
mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya, hidup di lingkungan yang
menyenangkan-sehat, dan memiliki motivasi dalam mendidik anak-anak secara tepat
sehingga pendidikan keluarga menjadi penting.
Aspek
sosiologis, di negara berkembang banyak orangtua yang kurang menyadari
pentingnya pendidikan sekolah bagi anak-anaknya, ada yang putus sekolah bahkan
ada yang tidak sekolah sama sekali. pendidikan seumur hidup bagi orang tua
merupakan problem solving terhadap fenomena tersebut. Aspek politis, pendidikan
kewarganegaraan perlu diberikan kepada seluruh rakyat untuk memahami fungsi
pemerintah, DPR, MPR, dan lembaga-lembaga negara lainnya. Tugas pendidikan
seumur hidup menjadikan seluruh rakyat menyadari pentingnya hak-hak pada negara
demokrasi.
Aspek
teknologis, pendidikan seumur hidup sebagai alternatif bagi para sarjana,
teknisi dan pemimpin di negara berkembang untuk memperbaharui pengetahuan dan
keterampilan seperti dilakukan negara-negara maju. Aspek psikologis dan
pedagogis, sejalan dengan makin luas, dalam dan kompleknya ilmu pengetahuan,
tidak mungkin lagi dapat diajarkan seluruhnya di sekolah. Tugas pendidikan
sekolah hanya mengajarkan kepada peserta didik tentang metode belajar,
menanamkan motivasi yang kuat untuk terus-menerus belajar sepanjang hidup,
memberikan keterampilan secara cepat dan mengembangkan daya adaptasi. Untuk
menerapkan pendidikan seumur hidup perlu diciptakan suasana yang kondusif.
E.
AKTUALITA PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Banyak
ahli pendidikan di berbagai mancanegara menyadari pendidikan, terutama sekolah
(formal), kurang mampu memenuhi tuntutan ke hidupan. Karena itu, dalam
pertemuan internasional yang diprakarsai Badan PBB Urusan pendidikan dan
Kebudayaan (UNESCO), mereka sepakat soal perlunya pendidikan seumur hidup.
Munculnya
istilah ini, dalam dunia pendidikan, banyak menimbulkan dorongan atau pemikiran
kritis terhadap pengartian pendidikan yang telah ada. Misalnya, tujuan
pendidikan adalah pencapaian ke¬dewasaan, sekolahan terutama berjenjang
akademik bukanlah satu-satunya sistem pendidikan, dan pendidikan hendaknya
lebih menonjolkan sifatnya sebagai self initiative dan self education.
Jalur
pendidikan formal memiliki banyak kelemahan jika dibandingkan dengan pendidikan
nonformal. Kelemahan pendidikan formal, antara lain, terlalu menekankan pada
aspek kognitif pada anak-anak didik. Anak didik seolah-olah hidup terisolasikan
selama mengalami dan menjalani pendidikan.
Namun,
jangan dimaknai pendidikan di sekolah formal tidak perlu. Dalam kenyataaannya
pun jalur pendidikan ini tetap ada, malah semakin banyak bagai jamur di musim
hujan. Hal ini disebabkan jalur pendidikan yang terlembagakan (formal), adanya
keteraturan tentang perencanaaan dan pelaksanaaan pendidikan, juga memberikan
rasa optimis bagi para peminatnya dengan jangka waktu yang relatif pendek.
Untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, dan agar pendidikan seumur hidup dapat
benar-benar berada dalam sistem, diperlukan aspek lain, yakni aspek horizontal.
Aspek ini bermakna efisiensi pendidikan. Separti sistem persekolahan, ia akan
tercapai bila memperhatikan lingkungan, misalnya keluarga, tempat bermain,
tempat kerja, atau lingkungan masyarakat secara luas.
Tidak
ada istilah “tua” untuk belajar, never old to leam. Konsekuensi doa yang kita
panjatkan harus sejalan dengan amaliyah nyata melalui kegiatan belajar yang
terus-menerus. Nabi Muhammad SAW sekalipun telah mencapai puncak, masih tetap
juga diperintahkan untuk selalu memohon (berdoa) sambil berusaha untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan (M Quraish Shihab, 1999:178). Bukankah Allah
Ta’ala telah menyatakan: Dan orang-orang yang berjuang di jalan Kami pastilah
akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami (QS al-’Ankabut, 29:69).
Siapapun
yang punya suatu cita-cita dan ia bersungguh-sungguh berusaha mendapatkannya
maka pasti akan ia dapatkan. Siapapun yang terus menerus mengetuk pintu untuk
mencapai yang dicita-citakan maka pasti akan terbuka. Apa pun yang kamu
inginkan bergabung kepada seberapa besar keinginanmu itu (Az-Zarmuji, 1994:29):
Bi qadri ma ta’tani tanalu ma tatamanna.
Walaupun
secara formal kita telah menyelesaikan pendidikan tinggi (S1, S2 dan S3) bukan
berarti selesailah tugas belajar. Demikian juga seorang guru atau dosen tidak
boleh merasa cukup dengan kemampuan yang dimiliki: “masih banyak yang belum
kita ketahui”. Bukankah Imam al-Ghazali (1058-1111 M) --penulis buku Ilya ‘Ulum
al-Din, dikenal dengan hujjah al-Islam-- pernah mengatakan: Kulllama izdada
‘ilmi izdada jahli, setiap kali bertambah ilmuku, bertambah pula kebodohanku.
Orang-orang
yang banyak belajar akan semakin membuka mata kepala (‘ain al-bashar) dan mata
hati (‘ain al-bashirah) untuk semakin tunduk, patuh dan taat kepada manhaj
Rabbani. Untuk itu kita harus banyak membaca, karena membaca sebagai kunci
untuk membuka “gudang ilmu-pengetahuan”, yaitu buku.
Dalam
Islam, landasan pendidikan seumur hidup terdapat dalam ayat-ayat Alquran dan
hadis Rasul, antara lain "Sesungguhnya dalam kejadian langit dan bumi,
serta pertukaran malam dan siang, terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi
mereka yang mempunyai (mempergunakan) akalnya". (QS. Ali Imran: 190). Dan
pepatah arab "Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat".
Kesadaran
akan pentingnya pendidikan seumur hidup menjadi mendalam dengan adanya sejumlah
firman Allah SWT dan hadis Nabi Muhammad yang mendasarinya. Persoalannya,
tinggal bagaimana menjabarkan dan mengimplementasikannya
F.
TINJAUAN TENTANG ASAS PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Asas
pendidikan seumur hidup bertitik-tolak atas keyakinan, bahwa proses pendidikan
dapat berlangsung selama manusia hidup, baik didalam maupun diluar sekolah.
BAGAN
SEBUAH
KERANGKA KERJA TEORETIS DAN OPERASIONAL UNTUK PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Uraian
tentang bidang pendidikan, baik ditinjau dari pendidikan sebagai proses dinamis
yang begerak dari kondisi faktual menuju kondisi ideal maupun dari konsep
pendidikan seumur hidup, menunjukkan bahwa bidang pendidikan tidak saja luas,
tetapi juga kompleks karena banyak aspek dan dinamisnya. Bidang pendidikan
menjadi objek formal ilmu pendidikan, dan aspek-aspek atau dinamisnya menjadi
objek material dari cabang-cabang ilmu pendidikan.
Peninjauan
tentang asas pendidikan seumur hidup menurut Ananda W.P. Guruge, Dalam
Karangannya Yang Berjudul “ Toward Better Educational Management”, Yang memberikan
dasar pikiran sebagai berikut :
1.
Tinjauan Ideologik
pendidikan
seumur hidup akan memungkinkan tiap-tiap individu untuk mengembangkan
potensi-potensinya sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Menjadi kewajiban bagi
pihak penguasa atau golongan terpelajar dalam masyarakat untuk menyelamatkan
rakyat dari bahaya kemelaratan dan kebodohan, sebagai mana yang dituntut oleh
keadilan sosial.
2.
Tinjauan ekonomi
Pendidikan
seumur hidup itu memungkinkan rakyat itu untuk :
a.
meningkatkan produktivitasnya
b.
memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya
c.
Memungkinkan mereka hidup dalam lingkungan yang lebih menyenangkan dan sehat
d.
Menguasai kebiasaan dan prinsip hidup pribadi dan lingkungan yang sehat
e.
Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak-anak secara depat, sehingga
peranan pendidikan keluarga itu menjadi sangat besar dan penting.
Aspek
ekonomis, pendidikan merupakan cara yang paling efektif untuk dapat keluar dari
“Lingkungan Setan Kemelaratan” akibat kebodohan. pendidikan seumur hidup akan
memberi peluang bagi seseorang untuk meningkatkan produktivitas, memelihara dan
mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya, hidup di lingkungan yang
menyenangkan-sehat, dan memiliki motivasi dalam mendidik anak-anak secara tepat
sehingga pendidikan keluarga menjadi penting.
3.
Tinjauan sosiologika
Hanya
keluarga-keluarga yang lebih memiliki kesadaran pendidikan yang lebih tinggi
sajalah yang mampu meningkatkan enrollment dan retention anak-anak didalam
sisitem pendidikan sekolah. Apabila keluarga kurang menyadari pentingnya
pendidikan sekolah bagi anak-anaknya, maka anak-anak kurang mendapatkan
pendidikan sekolah, putus sekolah bahkan tidak sekolah sama sekali. Disini
pendidikan seumur hidup bagi orang tua akan merupakan pemecahan atas masalah
tersebut.
4.
Tinjauan politik
Perkembangan
kehidupan institusi politik sampai ketingkat-tingkat daerah menuntut para
pemimpin daerah untuk menyadari dan memahami fungsi pemerintah. Pendidikan
kewarga negaraan menjadi makin lama makin penting dan ini menjadi tugas
pendidikan dalam rangka pendidikan seumur hidup.
5.
Tinjauan teknologi dan kultural
Negara-negara
sedang berkembang, sebagai mana halnya dengan negara yang telah maju, dilanda
oleh eksplosi ilmu teknologi dan pengetahuan. Para sarjana.guru, teknisi dan
pemimpinya membutuhkan untuk terus menerus memperbaharui pengetahuan dan
keterampilannya, sebagai mana yang dilakukan oleh rekan-rekannya di negara yang
sudah maju.
Aspek
teknologis, pendidikan seumur hidup sebagai alternatif bagi para sarjana,
teknisi dan pemimpin di negara berkembang untuk memperbaharui pengetahuan dan
keterampilan seperti dilakukan negara-negara maju. Aspek psikologis dan pedagogis,
sejalan dengan makin luas, dalam dan kompleknya ilmu pengetahuan, tidak mungkin
lagi dapat diajarkan seluruhnya di sekolah. Tugas pendidikan sekolah hanya
mengajarkan kepada peserta didik tentang metode belajar, menanamkan motivasi
yang kuat untuk terus-menerus belajar sepanjang hidup, memberikan keterampilan
secara cepat dan mengembangkan daya adaptasi. Untuk menerapkan pendidikan
seumur hidup perlu diciptakan suasana yang kondusif.
6.
Tinjauan Psikologik dan paedagogik
Perkembangan
yang pesat dari pada ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai pengaruh besar
terhadap konsep, teknik dan metodologi pendidikan. Di samping itu perkembangan
tersebut menyebabkan makin luas, dalam dan kompleksnya pengetahuan sehingga hal
itu tidak mungkin lagi diajarkan seluruhnya kepada nak didik di sekolah. Sebab
itu tugas pendidikan formal yang utama sekarang ialah mengajarkan bagai man a
cara belajar, menanamkan motivasi yang kuat dalam diri anak didik untuk belajar
sepanjang hidunya. Untuk itu semua perlu diciptakan kondisi yang merupakan
penerapan dari pada asas pendidikan seumur hidup.
G.
STRATEGI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Stategi
dalam pendidikan seumur hidup meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.
Konsep-konsep kunci pendidikan seumur hidup
Dalam
pendidikan seumur hidup dikenal adanya 4 macam konsep kunci, yaitu :
a.
Konsep pendidikan seumur hidup itu sendiri
hal
ini berarti pendidikan akan meliputi seluruh rentangan usia dari usia yang
paling muda sampai paling tua. Dan adanya basis institusi yang amat berbeda
dengan basis yang mendasari persekolahan konsensional.
Konsepsi
pendidikan seumur hidup ( lifelong education ) mulai di masyarakatkan melalui
kebijaksanaan Negara ( ketetapan MPR NO. IV/MPR/1973 jo ketetapan MPR NO.
IV/MPR/1978, tentang GBHN ) yang menetapkan prinsip-prinsip pembangunan
nasional ( pembangunan bangsa dan watak bangsa ) antara lain:
“
B. arah pembangunan jangka panjang
1.
pembangunan nasional dilaksanakan didalam rangka pembangunan manusia indonesia
seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat indonesia “
Dalam
bab IV bagian pendidikan. GBHN menetapkan : “d. pendidikan berlangsung seumur
hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat.
Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat
dan pemerintah”.
Konsepsi
pendidikan manusia ( indonesia ) seutuhnya dan seumur hidup ini merupakan
orientasi baru yang mendasar. Ini berarti kebijaksanaan pendidikan nasional
kita telah tidak berorientasi kepada sistem dan teori pendidikan Eropah
kontinental yang diajarkan oleh Prof. Dr. M.J. L angeveld yang mengajarkan
adanya batas umur dan batas waktu pendidikan. Misalnya, adanya batas-bawah
antara 5 - 6 tahun dan batas-atas antara 18- 25 tahun yang dianggap sebagai
tingkat kedewasaan ( kematangan ) pribadi. Dengan kebijakan tanpa batas umur
dan batas waktu untuk belajar ( sekolah ), maka kita mendorong supaya tiap
pribadi sebagai subjek yang betanggung jawab atas pendidikan diri sendiri
menyadari bahwa :
a.
Proses dan waktu pendidikan berlangsung seumur hidup sejak dalam kandungan
hingga manusia meninggal
b.
Bahwa untuk belajar, tiada batas waktu : artinya tidak ada istilah “ terlambat
“
c.
Bahwa belajar atau mendidik diri sendiri adalah proses alamiah sebagai bagian
integral atau merupakan totalitas kehidupan.
Dalam
konsep pendidikan seumur hidup pendidikan informal, non formal adalah saling
mengisi dan memperkuat.
b.
Konsep belajar seumur hidup
dalam
pendidikan seumur hidup berarti pelajar belajar karena respons terhadap
keinginan yang didasari untuk belajar dan angan-angan pendidikan menyediakan
kondisikondisi yang membantu belajar.
Jadi
istilah belajar ini merupakan kegiatan yang dikelola walaupun tampa organisasi
sekolah dan kegiatan ini justru mengarah pada penyelenggaraan asas pendidikan
seumur hidup.
c.
Konsep pelajar seumur hidup
belajar
seumur hidup yang dimaksudkan adalah orang-orang yang sadar tentang diri mereka
sebagai pelajar seumur hidup. Dalam keadaan demikian perlu adanya pendidikan yang
bertujuan membantu perkembangan orang-orang secara sadar dan sistematik
merespons untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka seumur hidup ( pelajar dan
belajar seumur hidup ).
d.kurikulum
yang membantu pendidikan seumur hidup
kurikulum,
dalam hubungan ini di desain atas dasar prinsip pendidikan seumur hidup
betul-betul telah menghasilkan pelajar seumur hidup yang secara berunitan
melaksanakan belajar seumur hidup.
Kurikulum
yang demikian, merupakan kurikulum praktis untuk mencapai tujuan pendidikan dan
mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan seumur hidup.
2.
Arah pendidikan seumur hidup
Pada
umumnya pendidikan seumur hidup diarahkan pada orang-orang dewasa dan pada
anak-anak dalam rangka penambahan pengetahuan dan keterampilan mereka yang
sangat dibutuhkan didalam hidup.
a.
Pendidikan seumur hidup kepada orang dewasa
sebagai
generasi penerus, kaum muda/dewasa membutuhkan pendidikan seumur hidup ini
dalam rangka pemenuhan “ self interest “ yang merupakan tuntunan hidup mereka
sepanjang masa.
Di
antara self interenst tersebut, kebutuhan akan baca tulis bagi mereka umumnya
dan latihan keterampilan bagi para pekerja, sangat membantu mereka untuk
menghadapi situasi dan persoalan-persoalan penting yang merupakan kunci
keberhasilan.
b.
Pendidikan seumur hidup bagi anak
pendidikan
seumur hidup bagi anak merupakan sisi lain yang perlu memperoleh perhatian dan
pemenuhan oleh karena anak akan menjadi “ tempat awal “ bagi orang dewasa
nantinya dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Program
kegiatan disusun mulai peningkatan kecakapan baca tulis, keterampilan dasar dan
mempertinggi daya pikir anak. Sehingga memungkinkan anak terbiasa untuk
belajar, berpikir kritis dan mempunyai pandangan kehidupan yang dicita-citakan
pada masa yang akan datang
BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan
adalah suatu gajala universal dalam kehidupan manusia. Sejak dari awal
kehidupan, dimana saja dan kapan saja pendidikan telah berlangsung sesuai
keadaan masyarakat dan bangsa. Dari zaman ke zaman barikutnya, pendidikan
berfungsi dalam mempertahankan eksistensi dan mengembangkan kebudayaan suatu
masyarakat.
pendidikan
seumur hidup adalah seluruh individu harus memiliki kesempatan yang sistematik,
terorgonisir untuk instruction, studi dan learning di setiap kesempatan
sepanjang hidup mereka. Adapun tujuannya adalah menyembuhkan kemunduran akan
pendidikan sebelumnya memproleh keterampilan baru, meningkatkatkan keahlian,
mengembangkan kepribadian dan sebagainya.
Makna
pendidikan seumur hidup :
1.
keadilan
2.
Pertimbangan ekonomi
3.
Peranan keluarga yang sedang berubah
4.
Peranan sosial yang sedang berubah
5.
perubahan teknologi
6.
Faktor-faktor vokasional
7.
Kebutuhan-kebutuhan orang dewasa
8.
kebutuhan anak-anak awal
Tinjauan
tentang asas pendidikan seumur hidup :
1.
Tinjauan Ideologik
2.
Tinjauan ekonomi
3.
Tinjauan sosiologika
4.
Tinjauan politik
5.
Tinjauan teknologi dan kultural
6.
Tinjauan Psikologik dan paedagogik
Konsepsi
pendidikan manusia ( indonesia ) seutuhnya dan seumur hidup ini merupakan
orientasi baru yang mendasar. Ini berarti kebijaksanaan pendidikan nasional
kita telah tidak berorientasi kepada sistem dan teori pendidikan Eropah
kontinental yang diajarkan oleh Prof. Dr. M.J. L angeveld yang mengajarkan
adanya batas umur dan batas waktu pendidikan. Misalnya, adanya batas-bawah
antara 5 - 6 tahun dan batas-atas antara 18- 25 tahun yang dianggap sebagai
tingkat kedewasaan ( kematangan ) pribadi. Dalam konsep pendidikan seumur hidup
pendidikan informal, non formal adalah saling mengisi dan memperkuat.
Fuad
Hassan berpendapat, pendidikan dalam arti luas merupakan ikhtiar yang
ditempuh
melalui tiga pendekatan, yaitu pembiasaan, pembelajaran, dan peneladanan.
Ketiga aspek itu berlangsung sepanjang perjalanan hidup manusia.
Pendidikan
merupakan suatu proses berkelanjutan yang mengandungi unsur-unsur pengajaran,
latihan, bimbingan dan pimpinan dengan tumpuan khas kepada pemindahan berbagai
ilmu, nilai agama dan budaya serta kemahiran yang berguna untuk diaplikasikan
oleh individu (pengajar atau pendidik) kepada individu yang memerlukan
pendidikan.
Asas
pendidikan seumur hidup bertitik-tolak atas keyakinan, bahwa proses pendidikan
dapat berlangsung selama manusia hidup, baik didalam maupun diluar sekolah.
DAFTAR
PUSTAKA
Anshari,
Hafi. pengantar ilmu pendidikan, usaha nasional,1982.
Azaz,wahab.
pendidikan formal dan pendidikan non formal, Bandung : majalah pustaka, 1978.
Hasan,Langglung,
pendidikan islam menghadapi Abad ke-21. jakarta: pustaka al-husna,1988
http://wewaits.wordpress.com/2008/05/03/jika-pendidikan-adalah-pilihan/
http://kawansejati.ee.itb.ac.id/perbedaan-antara-pendidikan-dan-pengajaran
http://64.203.71.11/kompas-cetak/0408/16/utama/
http://priandoyo.wordpress.com
http://yherlanti.wordpress.com/
http://phadli23.multiply.com/journal
/
http://elfarid.multiply.com/journal/item/574/Pendidikan_Adalah_Hak_Anak_Bangsa
Joesef,soelaiman.
Pendidikan luar sekolah, surabaya :usaha nasional,1979.
Joesoef,sulaiman.
konsep dasar pendidikan luar sekolah. Jakarta : Bumi aksara,1992.
Mudyahardjo,redja.
filsafat ilmu pendidikan,bandung : PT remaja rosdakarya, 2001.
my.opera.com/arjuna_kabel/blog/2008/01/04/pendidikan-seumur-hidup
Nurgianto,burhan.
dasar-dasar pengembangan kurikulum sekolah, yokyakarta :BPFE, 1988.
Saleh,anwar.
Dasar-dasar pendidikan. Medan : CV.Jabal Rahmat,1996.
Soemanto,wasty.
Dasar dan teori pendidikan dunia. Surabaya : usaha nasional,982.
Syafaruddin,
ilmu pendidikan.Bandung : Cita pustaka media,2005.
Tim
dosen fip-ikip malang. Pengantar dasar-dasar kependidikan, Surabaya: usaha
nasional, 1981.
Usiono,
pengantar filsafat pendidikan, jakarta :Hijri Pustaka utama,2009.
Zahara,Idris.
Asas-asas pendidikan. Padang : angkasa, 1981.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar